Emosi adalah perasaan
intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.[1]
Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian.[2] Emosi
dapat ditunjukkan kerika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada
seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.[1].
Dalam kehidupan, Semuanya tidak akan lepas dari yang
namanya masalah dalam tanda" Pertikaian. entah itu masalah individu maupun
Kelompok, namun di balik itu semua kenapa seseorang selalu mengutamakan
Emosi Fisik dalam proses penyelesaian.Ah emang dasar barbar,Istilah Emosi
menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil
dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan
meluap-luap. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis,
dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah "an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour". Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
b. Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat
c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut.
Kematangan emosi dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa dari pada bertingkahlaku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan.
Menurut Kartono (1988) kematangan emosi sebagai kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin (2001) menambahkan emosional maturity adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas.
Smith (1995) mendefinisikan kematangan emosi menghubungkan dengan karakteristik orang yang berkepribadian matang. Orang yang demikian mampu mengekspresikan rasa cinta dan takutnya secara cepat dan spontan. Sedangkan pribadi yang tidak matang memiliki kebiasaan menghambat perasaan- perasaannya. Sehingga dapat dikatakan pribadi yang matang dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya kreatif dan produktif. Senada dengan pendapat di atas Covey (dalam Puspitasari, 2002) mengemukakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan berani, diimbangi dengan pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain.
Menurut pandangan Skinner (1977) esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah "an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour". Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
b. Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat
c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut.
Kematangan emosi dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa dari pada bertingkahlaku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan.
Menurut Kartono (1988) kematangan emosi sebagai kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin (2001) menambahkan emosional maturity adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas.
Smith (1995) mendefinisikan kematangan emosi menghubungkan dengan karakteristik orang yang berkepribadian matang. Orang yang demikian mampu mengekspresikan rasa cinta dan takutnya secara cepat dan spontan. Sedangkan pribadi yang tidak matang memiliki kebiasaan menghambat perasaan- perasaannya. Sehingga dapat dikatakan pribadi yang matang dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya kreatif dan produktif. Senada dengan pendapat di atas Covey (dalam Puspitasari, 2002) mengemukakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan berani, diimbangi dengan pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain.
Menurut pandangan Skinner (1977) esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005
Kata
emosi berasal dari bahasa
latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan
bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel
Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya
emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi
terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi,
emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel
Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak
berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas yaitu :
Amarah
: Beringas,mengamuk,jengkel,benci,kesal hati
b
.Kesedihan : Pedih,sedih,muram,suram,melankolis,mengasihi diri,putus asa
c.
Rasa Takut : Cemas,gugup,khawatir,was-was,perasaan takut sekali,waspada,tidak
tenang
d.
Kenikmatan : Senang,bangga,bahagia,gembira,riang,puas
e.
Cinta : Penerimaan,persahabatan,kepercayaaan,hormat,kemesraan,kebaikan hati
f.
Terkejut : Terkisap,terkejut
g.
Jengkel : Hina,jijik,muak,tidak suka
h.
Malu : Malu hati,kesal
Seperti
yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong
individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang
ada.
Dalam
the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan,
karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan
emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan
memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan
hidup kita. T
etapi,
nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali
terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan
mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 :
xvi).
Menurut
Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar
diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka
penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan
hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian
Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk
merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar dirinya.
BEBERAPA CARA MENGENDALIKAN EMOSI
1.
Perasaan – perasaan yang dialami seseorang umumnya bersumber dari pikiran.
Ketika seseorang berpikiran negatif perasaan orang tersebut cenderung menjadi negatif. Sebaliknya ketika seseorang berpikiran positif, perasaan orang tersebut cenderung positif.
Jadi mengendalikan pikiran adalah langkah pertama untuk mengendalikan perasaan
Ketika seseorang berpikiran negatif perasaan orang tersebut cenderung menjadi negatif. Sebaliknya ketika seseorang berpikiran positif, perasaan orang tersebut cenderung positif.
Jadi mengendalikan pikiran adalah langkah pertama untuk mengendalikan perasaan
2.
Biasakanlah memberi kesempatan kepada pikiran untuk mengambil keputusan
Semakin seseorang mahir menyerahkan keputusan kepada pikiran, maka semakin sehat emosinya. Itu adalah kondisi ideal dimana akal yang mengendalikan perasaan, bukan perasaan yang mengendalikan akal.
Semakin seseorang mahir menyerahkan keputusan kepada pikiran, maka semakin sehat emosinya. Itu adalah kondisi ideal dimana akal yang mengendalikan perasaan, bukan perasaan yang mengendalikan akal.
3.
Emosi negatif adalah sinyal bahwa ada yang tidak beres dalam diri seseorang.
Ketika suasana hati menjadi tidak nyaman, cobalah menerangkan dengan berdoa, menemui sahabat untuk berbagi perasaan (Curhat), beristirahat, mendengarkan musik atau apa saja yang disukai.
Ketika suasana hati menjadi tidak nyaman, cobalah menerangkan dengan berdoa, menemui sahabat untuk berbagi perasaan (Curhat), beristirahat, mendengarkan musik atau apa saja yang disukai.
4.
Pertanyakanlah dengan kritis perasaan-perasaan negatif yang dirasakan.
Misalnya, apakah masalahnya terlalu berbahaya sehingga seseorang ketakutan? Atau apakah masalahnya begitu gawat sehingga seseorang harus marah besar?
Misalnya, apakah masalahnya terlalu berbahaya sehingga seseorang ketakutan? Atau apakah masalahnya begitu gawat sehingga seseorang harus marah besar?
5.
Pertanyakanlah dengan tegas keyakinan-keyakinan yang salah. Misalnya: siapa
bilang kegagalan itu suatu kebodohan? Siapa bilang masalah yang kita hadapi
tidak ada jalan keluarnya? Dan siapa bilang kita tidak mampu memaafkan?
6.
Kendalikan reaksi anda terhadap situasi yang tidak menyenangkan. Misalnya
ketika ada yang menyalip motor dengan tiba-tiba, anda bisa memilih untuk marah
atau memilih tetap tenang yang pertama bisa membuat anda jadi orang yang
reaktif dan emosional, tapi yang kedua mengajarkan anda menguasai diri dengan
baik.
7.
Perasaan bukanlah masalah benar atau salah. Manusiawi sekali-sekali memiliki
perasaan takut, marah, sedih dan kecewa. Yang penting kita tidak larut dalam
perasaan-perasaan negatif itu dan tidak mengambil keputusan-keputusan penting
di saat suasana hati sedang kacau.
8.
perasaan yang negatif dan suasana hati yang buruk bisa jua disebabkan oleh kondisi
tubuh yang tidak sehat.
Kita bisa saja merasa “BETE” ketika film, stress, kurang flu, stress, kurang tidur, capek dan sebagainya. Kita tidak perlu mencemaskan perasaan-perasaan yang tidak nyaman dan bersifat sementara tersebut, sering kalilah melakukan tindakan-tindakan sederhana yang bisa mengubah suasana hati.
Kita bisa saja merasa “BETE” ketika film, stress, kurang flu, stress, kurang tidur, capek dan sebagainya. Kita tidak perlu mencemaskan perasaan-perasaan yang tidak nyaman dan bersifat sementara tersebut, sering kalilah melakukan tindakan-tindakan sederhana yang bisa mengubah suasana hati.
9.
Hidupkanlah perasaan-perasaan yang menyenangkan sesering mungkin termasuk untuk
hal-hal yang kita inginkan tercapai atau terjadi.
Misalnya: perasaan gembira ketika anak kita akan di wisuda ketika mendapatkan hadiah, ketika akan bertemu dengan seseorang yang dicintai atau dinanti, ini adalah salah satu cara mengerahkan emosi untuk membantu mewujudkan impian menjadi kenyataan.
Misalnya: perasaan gembira ketika anak kita akan di wisuda ketika mendapatkan hadiah, ketika akan bertemu dengan seseorang yang dicintai atau dinanti, ini adalah salah satu cara mengerahkan emosi untuk membantu mewujudkan impian menjadi kenyataan.
10.
Belajarlah mengucap syukur dalam segala keadaan
Hati yang penuh dengan ucapan syukur akan membuat hidup lebih ringan, pikiran lebih jernih dan perasaan lebih nyaman. Sehingga mengendalikan perasaan bukan lagi beban yang berat
Hati yang penuh dengan ucapan syukur akan membuat hidup lebih ringan, pikiran lebih jernih dan perasaan lebih nyaman. Sehingga mengendalikan perasaan bukan lagi beban yang berat
11. Mengidentifikasi emosi yang Anda butuhkan untuk mengontrol.
Jika Anda rentan terhadap flare up-marah, kemudian menemukan mekanisme koping yang bekerja untuk Anda. Langkah 2 sampai 4 menawarkan beberapa mekanisme koping untuk mencoba.
12. Fokus pada pernapasan Anda.
Tarik napas dalam dan perlahan untuk membantu mengurangi denyut jantung dan membawa lebih banyak oksigen ke otak Anda.
Ketika Anda fokus pada pernapasan Anda,
Anda mengubah pikiran Anda dari emosi yang Anda rasakan, menghapus mereka dari garis depan pikiran Anda.
Menghitung sampai 20 saat Anda bernapas bekerja dengan baik bagi banyak orang.
13. Gunakan visualisasi.
Bayangkan situasi menenangkan atau warna yang Anda temukan santai.
Metode ini adalah cara yang sangat efektif untuk mengendalikan emosi Anda pada saat stres atau kecemasan tinggi atau jika sesuatu yang telah membuat Anda sangat marah.
14. Berkonsentrasi pada item dalam jarak selama beberapa menit.
Fokus ini akan menempatkan energi Anda pada sesuatu selain emosi yang Anda rasakan.
15. Menghapus diri sendiri dari situasi stres untuk mencegah pukulan-up.
Anda tidak perlu untuk menghapus diri sendiri untuk waktu yang lama-cukup lama untuk mengakui perasaan Anda,
mungkin curhat secara pribadi dan kemudian kembali ke situasi.
6. Mengakui emosi Anda merasa pada saat Anda tidak bisa mengungkapkannya secara efektif.
Biasanya emosi yang Anda tidak ingin ditampilkan di depan umum adalah negatif dan Anda perlu untuk mengakui perasaan negatif dalam rangka untuk berurusan dengan mereka.
Tanyakan kepada diri sendiri mengapa Anda marah atau apa stres Anda tahu tentang situasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar